Jumat, 28 Januari 2011

Between Crime and Love Episode 2


Episode 2 – The Real Rania

Mark diam-diam memandangi raut wajah Amanda yang datar dan sama sekali tidak ada ekspresi takut atau khawatir.
Amanda            : Cerita yang bagus
Mark                 : Bagus?ini sungguhan Rania,bukan hanya sekedar cerita misteri seperti di novel
Amanda            : Ya,saya tau Mark.Saya iri dengan hidupmu
Mark                 : Iri?untuk apa?saya bukan orang yang baik
Amanda            : Huh,saya tidak percaya
Mark                 : Kamu baru bertemu saya tak lebih dari sejam yang lalu,Rania
Amanda            : Berapa usiamu?
Mark                 : 20,kamu?
Amanda            : 17
Mark                 : 17?kamu tak seperti gadis 17 lainnya
Amanda            : Banyak yang bilang begitu
Mark                 : Bukan karena wajahmu tua,gayamu berbicara,tingkah lakumu seperti wanita karier
Amanda            : Indra penglihatanmu cukup tajam,kamu kuliah jurusan apa?
Mark                 : Trims,saya tidak sepenuhnya kuliah…seperti yang saya bilang syaa bukan orang yang baik
Amanda            : Siapa kamu?
Mark                 : Orang selalu bertanya kepada saya,siapa saya…sebenernya saya adalah detektif
Amanda memperlambat mobilnya lagi.Kali ini wajahnya benar-benar menunjukkan ia takut.
Mark                 : Kamu takut?
Amanda            : Tidak,saya sedikit tidak percaya
Mark                 : Tidak percaya?kenapa tidak?karena saya terlalu muda untuk jadi detektif?
Amanda            : Salah satu alasannya itu,tapi yang saya tidak percaya ternyata detektif itu nyata
Mark                 : Tentu,Rania…detektif itu ada tapi mereka tidak mengakui dirinya ada,kamu mengerti maksud saya?
Amanda            : Ya,saya mengerti
Mark                 : Bagaimana denganmu?ceritakan sedikit tentang hidupmu,dari wajahmu kamu menyimpan banyak rahasia
Amanda            : Ibu saya meninggal ketika saya berusia 14 tahun,ayah saya mengajak saya pergi ke London untuk menghibur diri saya karena waktu itu saya nyaris gila ketika kehilangan ibu saya…setelah saya kembali dari London,ayah saya menyusul ibu saya…dia meninggal.Ia perokok berat,ternyata ia terkena kanker paru-paru dan tanpa ia ketahui kankernya sudah mencapai stadium akhir dan dia meninggal
                             (Kata Amanda sambil menintikan air matanya setetes mengingat kejadian yang meninmpa ayahnya)
Mark                 : Saya turut prihatin
Amanda            : Maafkan saya,yah kadang saya sering teringat betapa sadisnya hidup saya
Mark                 : Sadis?
Amanda            : Maksud saya,saya ditinggalkan oleh seluruh anggota keluarga saya,kakak saya juga meninggal
Mark                 : Saya cukup terharu,mendengar kisah hidupmu
Amanda            : Cukup,untuk obrolan mengharukan ini…bagaimana dengan hidupmu,Mark?
Mark                 : Hidup saya?sama mengenaskannya
Amanda            : Ayolah,saya sudah menceritakan hidup saya
Mark                 : Ayah saya lebih dulu meninggal,ia juga seorang detektif nasibnya mirip dengan Sherlock Holmes tapi sayangnya ia mati sungguhan,saya masih berusia 12 ketika ayah saya meninggal.
Sejak itu saya berobsesi menjadi detektif.Ibu saya mendukung saya untuk belajar lebih jauh menjadi detektif,tapi entah kenapa ketika adik saya meninggal Ibu saya menjadi pemarah,padahal dulunya tidak.Ia dendam dengan dokter yang mengoperasi adik saya,dan dia membunuh dokter yang mengoperasi adik saya,sejak itulah seseorang mulai mengikuti ibu saya.Ibu saya jadi gila,dan mengurung diri di rumah sampai 2 tahun yang lalu dia dibunuh oleh gadis yang saya ceritakan tadi.
Amanda tersentak pelan mendengar cerita Mark,kemudian dia langsung mengubah ekspresi mukanya.
Amanda            : Tragis
Mark                 : Tidak selalu cerita kehidupan berakhir bahagia,Rania…mungkin kamu terlalu banyak membaca novel picisan dan film romantis.Jika hidup seindah di novel,buat apa Tuhan menciptakan air mata dan kesedihan?
Amanda            : Kamu detektif yang baik,Mark
Mark                 : Terima Kasih,kamu SMA?
Amanda            : Ya,tahun depan saya mulai kuliah di London mungkin
Mark                 : Kenapa kamu cinta London?saya sendiri bosan dengan kota London
Amanda            : Karena London tempat kelahiran Sherlock Holmes
Mark                 : Hanya karena itu?konyol sekali Rania
Amanda            : Tidak,karena London hidup saya berubah
Mark                 : Berubah lebih mengenaskan?
Amanda            : Ya,karena kedua orang tua saya meninggal saya yatim piatu,mereka hanya meninggalkan warisan untuk saya…dan uang orangtua saya hanya cukup sampai saya selesai kuliah nanti
Mark                 : Tidak ada yang mengurusmu?
Amanda            : Sesekali paman saya menjenguk saya
Mark                 : Kalau begitu kamu harus kerja
Amanda            : Di Indonesia,banyak sarjana yang pengangguran Mark.Saya bahkan belum lulus SMA,apa yang harus saya kerjakan selain sekolah?
Mark                 : Oh iya,kenapa kamu tadi berada di bandara?
Amanda tidak menggubris pertanyaan Mark,ia terdiam cukup lama.Sampai ia mulai angkat bicara.
Amanda            : Saya menunggu pacar saya
Mark                 : Dia darimana?
Amanda            : Dia dari London juga sepertimu,saya ingin tau wajahnya,karena saya sudah lama sekali tidak bertemu dengannya,apa dia masih seperti dulu…tapi ia tidak datang
                            (Kata Amanda lagi-lagi sambil meneteskan air mata)
Mark                 : Ceritamu menyedihkan sekali,tapi saya tak akan tertipu dengan semua omong kosongmu,Rania
Amanda            : Apa maksudmu?
Mark                 : Ceritamu hanya fiktif,kamu bukan gadis biasa Rania saya tau itu
Amanda mempercepat laju mobilnya,ia mulai takut mendengar kata-kata Mark
Mark                 : Gadis biasa,tidak akan langsung percaya dengan orang yang dikenalnya hanya dalam hitungan jam dan bersedia membantunya apalagi dia adalah orang asing,atau saya pantas memanggilmu Amanda?

Bersambung






Tidak ada komentar:

Posting Komentar